Puisi Untuk Wanita Paling Tabah

Source: @irenaBuzarewicz

seorang wanita tercenung
duduk di atas sunyi
dan kulitnya,
menjelma cat dinding kamar
yang mulai terkikis

matanya adalah embun
menyayang daun tak pandang hijau
membasuh tubuh rumput liar,
dan ilalang panjang,
dan bunga,
dan gulma

musim dingin di depan rumah
maka, ia menjahit selamat malam
lalu diberikan kepada anak-anaknya
ia lebih kuat
dari kepakan sayap burung di musim badai

kadang, ia terus mengoceh hingga mulutnya sobek
semua semata guna mengangkat kabut
yang mengepul di kepala
begitu pekat dan cemas

aku mengutuk
setiap awan hitam di raut wajahnya
yang bersiap menurunkan itu menjadi rinai
yang disembunyikan dengan baik
di balik topeng senyuman tulus
sungguh, aku mengutuknya
(meski, mungkin aku sendiri yang mencipta hujan halau mentua)

jangan sekali-sekali pejamkan mata untuk waktu lama
sebelum beberapa semoga bisa kau terima
sebelum getah sinar bulan
kubawakan tepat ke pangkuan
walau ku tahu
itu tak membalas apa pun
bahkan tidak
hanya untuk sepatah kata yang terucap di sepertiga malam