Karya Saya Tersiar di Surat Kabar!

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!

Lu ngapa si Jem?

Sabar teman-temanku yang soleh dan sholehah, gue belom gila kok. Gue cuma terlewat bahagia aja ngeliat nama gue sendiri ada di koran. Yak, nama gue ada di koran! Tenang aja, nama gue ada di koran bukan karna gue ketauan nyimpen ganja atau memperkosa seekor tapir di bawah umur. Nama gue terpampang di sana berkat 2 puisi gue yang lolos seleksi surat kabar Pikiran Rakyat.

Pikiran rakyat mungkin persebarannya nggak seluas Kompas, Sindo, dan Tempo yang tersebar di seluruh Indonesia. Koran ini adalah koran yang mencakup daerah Jawa Barat aja. Tapi tetep aja gue seneng banget kalo karya gue dibaca oleh ratus ribuan orang di Jawa Barat.

Mari itung-itungan sedikit ya buat mengetahui kira-kira orang yang membaca karya gue. Setelah gue googling, jumlah penduduk Jawa Barat 46, 3 juta. Tiap harinya Pikiran Rakyat mencetak lebih dari 185 eksemplar. Anggaplah warga yang membeli koran Pikiran Rakyat satu per seratusnya. Maka 46, 3x1/10=x>185 ribu. Lo tau nggak apa pentingnya itung-itungan tersebut? kalo gue si kaga.. Jadi mending gue skip aja kali ya.

Sip.

Jadi, awal gue tau kalo puisi gue ada di Pikiran Rakyat yakni pas senin 20 Juni kemaren. Jadi sepulang kuliah di senin sore, gue lagi nggak ada kegiatan apa-apa (atau dalam bahasa Ekuador dibilangnya "Gabut"). Gue lagi gabut kala itu, mau nonton film, tapi lagi males. Mau ngerjain tugas, apalagi.

Kalo lagi gabut gue biasa melakukan hal yang nggak penting semisal ngomong di depan kipas, atau bermain gitar tapi digebuk. Dan salah satu hal nggak penting yang gue lakuin saat itu adalah mencari nama sendiri di Google.

Nggak ada yang gue ekspektasikan atas pencarian nama sendiri di google kala itu. Siapa juga yang mau membicarakan gue. Gue sadar gue hanya orang biasa. Gue bukan anak presiden, bukan pula seorang artis. Kalau kata pepatah kuno-nya mah "DA AKU MAH APA ATUH."

Walaupun da aku mah apa atuh, gue tetep mengetikkan nama gue di mesin pencari google. Siapa tau aja ada berita gue lagi digosipin deket sama Pevita Pearce. Sapa tau aja ya kan~

Namun ternyata nggak ada gosip itu. Yang muncul pertama-tama adalah akun G+ gue. Kemudian gue scroll ke bawah lagi, gue melihat judul puisi yang tidak asing di ingatan. Puisi itu terpampang di id.Klipingsastra.com, yang mana situs ini berisi puisi-puisi maupun cerpen yang pernah tersiar di surat kabar.

Dag-dig-dug-der jantung gue berdetak tidak karuan. Gue bukalah tautan itu. Saat gue baca puisinya ternyata bener adanya bahwa puisi itu adalah puisi yang pernah gue buat.

Otomatis gue seneng banget lah. Asal kalian tau, gue udah mengidam-idamkan karya gue terpampang di media massa sejak tahun 2014. Di tahun 2014-2015 gue sedang giat-giatnya menulis lalu mengirimkan tulisan berupa puisi atau cerpen ke beberapa surat kabar atau majalah. Dari mungkin puluhan karya yang gue kirimkan itu nggak ada satu pun yang dimuat. Dan di situ kadang saya merasa cedih.

Selain ngirim-ngirimin karya ke media massa. Gue juga waktu itu sering ikut lomba puisi. Dan lagi-lagi, gue nggak pernah menang.

[Cry in Filiphines]

Paling puisi gue cuma jadi puisi terpilih aja. Tiga di antaranya pernah dijadikan buku antologi puisi di dua buku berbeda. Tapi tetep aja gue nggak puas kalo bukan keluar sebagai pemenang.

Pada 2016, barulah penantian lama gue terbayarkan. Puisi gue akhirnya terpampang juga di surat kabar. Setelah gue cek pesan keluar email. ternyata gue mengirimkan puisi itu tanggal 25 Juni 2015, dan baru tersiar di Pikiran Rakyat tanggal 3 April 2016. Hampir setaun broh! jangan tanyakan lagi deh seberapa mahirnya gue dalam hal menunggu ketidakpastian.

Engga nungguin juga sih sebetulnya. 3 bulan pertama gue masih sering buka web kliping sastra buat ngeliat apa karya gue lolos seleksi atau engga. Sampai akhirnya lama kelamaan gue nggak pernah meriksa lagi, dan menganggap ini hanya kegagalan gue yang lain.

Yang gue sayangkan dari redaksi Pikiran Rakyat, dia nggak ngabarin kalo karya gue akan disiarkan. Alhasil gue jadi nggak bisa ngeliat karya gue di koran secara fisik. Perihal honorarium juga engga dikabarin. Namun setelah gue telepon ke kantornya dan ngecek rekening, ternyata honor sudah dikirimkan.

Namun uang tidaklah penting. Yang penting bagi gue adalah gue bisa berkarya, lalu karya gue bisa dibaca oleh banyak orang, sebab di situlah salah satu sumber kebahagiaan gue berasal. #Anjhay

Eh engga deh bercanda, uang juga penting. Lumayan demi sesuap pizza he he he...

Barangkali ada yang baca tulisan ini dan lo punya teman, sodara atau siapa saja ada yang berlangganan koran Pikiran Rakyat, dengan sepenuh hati gue memohon hibahkanlah pada gue koran yang terbit tanggal 3 April 2016. Hal ini berarti banget buat kelangsungan hidup gue.

Kalau ada yang mau baca puisi gue bisa di web KlipingSastra dan di e-paper koran Pikiran Rakyat. Atau di Blog gue bakalan di-post juga setelah tulisan ini.

Previous
Next Post »
8 Komentar
avatar

Cieee, selamat yaa mas jem.
Semoga karyanya yg lain bisa ikutan tembus juga seperti ini.. hoho

Balas
avatar

Gila, hampir setahun! Tapi ya pasti lega rasanya. Semoga karya yang lain juga bisa terbit atau menang di lomba...

Balas
avatar

Yang bener aja itu nunggunya, bang.. setia banget menanti.. hhee
Sukses, dan lanjutkan karyanya,

Balas
avatar

wow
congrats
abis koran lanjut buku jem haha

Balas
avatar

Aminin aja doloo. thank you Anna.

Balas
avatar

iya lega rasanya kayak ngeluarin feses yg udah ditahan 1 minggu. #apalah

Balas
avatar

Terima kasih.
Iya setia banget saya mah. Nungguin karya aja setia, apalagi nungguin do'i (?)

Balas
avatar

Ngeluarin buku udah sering gua dho. Buku tulis.

Balas