sumber: wifflegif |
Terkadang mode rambut pada pria bukan hanya sekedar
penampilan. Lebih dari itu, mode rambut bisa menjadi cara menafsirkan karakter
seseorang. Contohnya orang berambut pendek identik dengan karakter orang yang
taat peraturan, rapi, dan sebagainya. Rambut panjang identik dengan nakal,
malas mengurus diri, berantakan. Sedangkan rambut botak identik dengan kasus
pencurian (baca: tuyul).
Sekarang ini rambut gue lagi panjang-panjangnya. Cukup
panjang dibandingkan kebanyakan pria pada umumnya. Dengan rambut panjang yang
menyelimuti muka oriental gue, nggak jarang banyak orang yang bilang gue mirip
Lee Min Hoo, To Ming Se, atau David Beckham (yang terakhir enggak deng).
Rambut gue tampak belakang |
Memilih rambut panjang, berarti harus siap menerima citra
buruk yang tadi gue sebutkan. Dianggap pembelot lah, anak jalanan, atau apa pun
yang buruk-buruk. Stereotype yang berkembang di masyarakat membuat pria
berambut panjang selalu dihubungkan dengan keburukan.
Ingatlah! Don’t judge
book by the cover. buku yang covernya jelek, belom tentu isinya bagus!
Contoh gampangnya liat aja di gedung dewan sana. Emangnya
yang sering mencuri uang negara itu orang-orang kumal apa orang-orang yang berpenampilan
rapi? BAH.
Meski demikian, berapa banyak pun sering terpampang quotes don’t judge book by the cover, gue rasa itu nggak bakal bekerja. Gue nggak
menyalahkan juga orang yang suka menilai
orang dari penampilan, sebab mungkin semua manusia melakukan itu. Setiap orang
selalu mempunyai hasrat untuk menilai orang lain; menilai sahabat, menilai
orang yang baru saja ia kenal, menilai orang yang kebetulan dilihat di jalan,
siapa pun itu. Lalu bagaimana cara orang menilai orang yang baru mereka kenal atau orang asing yang sama sekali
nggak mereka kenal? Ya tentu termudah dan terkejam adalah menilai dari
penampilannya.
Gue sih nggak terlalu peduli dengan pendapat orang. Termasuk
soal rambut. Gue sendiri punya beberapa alasan membiarkan rambut gue jadi
panjang.
Pertama, gue pengin melihat diri gue dengan tampilan yang
berbeda. Sepanjang hidup gue, gue udah pernah mencoba rambut botak, poni
lempar, cukuran alay brazil, landak kesurupan, sampai cepak ngehe. Entah nama
model rambut itu benar-benar ada atau enggak, tapi begitulah gue menamakan
cukuran-cukuran rambut gue dulu yang kadang-kadang nggak jelas. Terutama buat
tukang cukur deket rumah gue, yang sering banget bikin cukuran out of the box.
Hasilnya jarang banget memenuhi ekspetasi gue. Gue pun nggak pernah lagi cukur
di situ, dan memilih tempat cukur yang lebih mahal dan lebih jauh, yang penting
memuaskan.
Tapi udah hampir setahun mungkin gue nggak mengunjungi
tukang cukur. Jadilah rambut gue ini memanjang. Inilah rambut terpanjang yang
pernah gue miliki dan masih terus berlanjut. Dan karena rambut panjang belom
pernah gue coba, gue pun bisa melihat diri gue dengan tampilan yang berbeda.
Alasan kedua, Jiwa
gue yang menuntut untuk tampak berbeda dengan kebanyakan orang. Lo
perhatiin nggak sih, banyak seniman yang membiarkan rambutnya terbelai panjang.
Gue mulai pikir kalau mereka melakukan hal itu bukan hanya malas mengurus diri semata,
karena ya memang jiwa seni mereka yang pengin berbeda sama orang biasa.
Sebab itulah yang gua rasakan, gue tipe orang yang nggak
suka memiliki sesuatu yang sama dengan orang lain. Semisal, waktu kecil gue
suka main PS bareng temen-temen sebaya gue. Mereka rata-rata udah punya tim
kebanggaan, ada yang suka MU, Arsenal, Madrid, dan lain-lain. Sedangkan gue
masih bimbang menjatuhkan pilihan ada tim apa.
Karena melihat tim Liverpool belum ada yang jagoin, gue pun
memutuskan memilih Liverpool. Seiring berjalan waktu, dan ketika main PS sering
make tim itu, sampai sekarang gue menjadi cinta mati dengan Liverpool.
Sama halnya dengan rambut. Pria rambut panjang jumlahnya
jauh lebih sedikit dibanding yang berambut normal/rapi. Perbandingannya adalah
1:50. Angka-angka itu dikeluarkan dari hasil penelitian Bapak rambut sedunia.
(ada nggak sih Bapak rambut sedunia?)
Alasan ketiga gue memanjangkan rambut yakni gue ingin
menikmati masa-masa kebebasan. Masa kebebasan seseorang, menurut gue adalah
ketika kita berada di masa sebagai mahasiswa; yang mana masa ini juga merupakan
masa-masa seorang pemuda sedang mencari jati diri yang sebenarnya.
Waktu zaman masih sekolah mana bisa kita rambut berambut
panjang (kecuali rambut yang bukan di kepala ya). Rambut panjang dikit aja udah
pasti masuk dalam radar pengincaran guru bp.
Lalu memasuki dunia kerja setelah perkuliahan. Beberapa
pekerjaan masih memungkinkan kita untuk berpenampilan bebas, tapi kalau kita
terpaksa terperangkap di dunia perkantoran, mau nggak mau, suka nggak suka, kita
harus mengikuti peraturan di situ. Dan kebanyakan perkantoran tentu mewajibkan
pekerjanya untuk berpenampilan rapi. Di saat itulah kebebasan kita berekspresi secara
tidak sadar harus terkekang.
begitulah alasan gue berambut panjang. Gue sendiri menilai rambut berisi setengah dari jiwa gue. Pas gue masih di fakultas olahraga dulu yang mana mewajibkan mahasiswa baru harus botak satu tahun, di saat-saat itu, gue merasa seperti anak tuyul yang kehilangan arah. ke mana-mana harus pake topi atau kupluk. Namun ketika rambut itu tumbuh dan kian memanjang, gue merasa kepercayaan diri gue meningkat dua kali lipat.
source gif |
Jadi selama gue masih
nyaman dan belum terpenjara oleh birokrasi yang ada, barangkali gue masih bakal
mempertahankan rambut panjang ini. Hidup rambut panjang!
2 Komentar
Nama potongan rambutnya rada rada gimana gitu yaa ��
Balasemang rada ucul-gajelas gitu
Balas