Jika Ada Rindu yang Tidak Pernah Tertidur

Jika ada rindu yang tidak pernah tertidur,
itu adalah rindu sehimpun pasir gurun
menanti kepastian yang tiada dari seorang
perempuan yang tercipta dari rintik hujan.

Jika rindu adalah kayu bagi penantian jenuh,
telah mampu kubangun ia menjadi behtera Nuh.
Takkan ada barang-barang atau besar binatang-binatang.
Semua ruang telah sesak oleh hal-ikhwal tentangmu
yang kian merisak. Di palka, hanya ada aku seorang sedang
memetik waktu yang berdetak di jantungku, menghitung
berapa lama jarak telah menepikan kita, sambil
bertanya-tanya kapan pertemuan selanjutnya yang entah.

Sesungguhnya aku suka dengan kepergian yang sementara.
Kepergian yang tidak memberi kepastian pulang, mengasihi
ruang bagi rindu untuk berkembang.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan saat kepergian sementara,
semisal; aku bisa mendoakanmu diam-diam dan kau
setiap malam menapaskan namaku dalam-dalam.
Pula kita bisa membuat satu permainan tebak-tebakan
: Sabar milikku atau kau yang masih subur meski hati dipenuhi bilur?

Pada akhirnya kita pun akan tahu
Tabah siapa yang lebih awal takluk di hadapan penantian.

Aku rasa kau pasti akan kalah lagi seperti biasanya.
Kemudian kau menahan diri untuk kembali rengkah
ke bentuk ringkih yang rengkuh rintik hujan.
Namun semestinya, kau tidak berusaha meredam itu.
Jika bandang airmata tidak mungkin lagi untuk dibendung,
menangis sajalah, sayang, menangislah!

Biar aku bisa menyamar jadi sebuah resah,
yang akan pulang tiap kali pipimu basah.

Previous
Next Post »
0 Komentar