Kemalasan yang Menjelma

pexels

 Tahun 2016 ini bisa dibilang menjadi tahun tidak terproduktif saya dalam beberapa tahun terakhir. Jarang menulis apa pun untuk diri sendiri dan untuk blog ini. Dalihnya pun sama seperti sebelum-sebelumnya; sibuk dan lagi gak mood.

“Lagi gak mood” rasanya menjadi alasan terkeren dari para pegiat kreatif yang memang harus menggunakan banyak perasaan di dalamnya. Saya pun menunggu mood untuk menulis lagi. Setelah menunggu… menunggu… menunggu… menunggu… eh taunya doi malah jadian sama orang lain. Huft.

Maksud saya, mood udah ditunggu-tunggu tapi kok tidak muncul-muncul. Jadi, di manakah ia berada? Apa mood itu benar-benar ada? Atau itu hanya akal-akalan manusia saja untuk membenarkan kemalasannya sendiri? Ah entahlah, hanya Mamah Dedeh yang bisa menjawabnya.

Kalau mood benar ada, bagaimana bisa Paulo Coelho, atau Haruki Murakami, atau Danielle Steel, atau atau Stephen King, atau Sir Arthur Conan Doyle melahirkan begitu banyak karya. Kalau mood benar ada, pastilah karya-karya besarnya tidak akan pernah sampai ke tangan pembaca.

Jadi sepakati saja mood itu hanya mitos.

Kemudian, sibuk, dalih ini pun perlu ditelusuri lagi lebih lanjut. Orang yang selalu beralasan sibuk dalam menghindari sesuatu, apa memang kesibukkan mengambil 24 jam waktunya? Kalau orang mencintai sesuatu, pasti ia menyempatkan diri untuk melakukan apa yang ia cintai. Seharusnya.

Jadi paham kan? Kalau kekasihmu nggak ngabarin dengan alasan sibuk, udah putusin aja~

Kalau saya mengengok ke belakang, sepertinya saya tidak begitu sibuk. Ada yang lagi dikerjakan sih, tapi, sebenarnya tidak kuat untuk dijadikan alasan juga. Satu-satunya yang menyibukan saya yaitu membaca dan menonton film. Itu pun kalau bisa dibilang kesibukan.

Membaca dan menonton film, bagi seorang pemalas seperti saya, adalah aktivitas termudah untuk bercengkrama dengan diri sendiri. Tidak perlu capek-capek ke luar rumah, kita seolah diajak berplesir dari satu tempat ke tempat lain, berpindah dari situasi ke situasi lain, dan jalan-jalan ke waktu lampau, waktu kini, sampai ke masa depan.

Dengan melakukan aktivitas-aktivitas itu saya pun tidak ingat lagi kapan pernah menggunakan kata bosan dalam hidup. Mungkin yang bakal membuat saya bosan jika tidak ada buku atau film yang bisa dibaca dan ditonton. Tapi sayangnya, sekeras apa pun saya berusaha, semua buku-buku dan film-film menjelma jalan-jalan yang tak berujung. Tidak cukup hidup 1000 tahun pun untuk menghabiskan semuanya.

Menulis juga bisa menjadi cara untuk bersenang-senang dengan diri sendiri. Tapi kadang menulis juga menyebalkan, sebab ia butuh berpikir untuk melakukannya. Tulisan tidak jelas seperti ini pun, saya perlu berpikir apa saja yang mau saya tuliskan.

Saya akan membicarakan perihal kesenangan saya membaca dan menonton lebih panjang di tulisan selanjutnya.

Jadi intinya, mood itu hanya mitos dan tidak ada kesibukan yang absolut. Semua hanya bermuara dari kemalasan.

Tahun baru, semangat baru. Seperti sekarang ini, semangat saya menulis sedang menggebu-gebu. Meski biasanya cuma diawal-awal tahun aja.

Semoga aja tahun 2017 saya bisa menjadi lebih produktif, lebih baik, lebih ganteng (ini susah sih). Seinget saya sih, saya pernah mengucapkan ini. Tapi anggap saja lah ‘semoga’ itu sebagai mantra. Yang kekuatannya perlahan-lahan memudar dan perlu diberpaharui.

Selamat tahun baru 2017.
Salam telolet.

Previous
Next Post »
0 Komentar