Kisah Mahasiswa Salah Jurusan

Kisah Mahasiswa Salah Jurusan
Pergantian Tahun ajaran gini pasti lagi gencar-gencarnya siswa kelas 3 SMA mencari tempat kuliah. Semua berusaha masuk PTN favorit, walau ada juga yang masuk PTS. Ngga masalah sebenarnya mau masuk PTN atau PTS karena yang gue yakini sih sukses itu bisa didapet dimana aja, tergantung usaha dan kerja keras individu tersebut.

Setelah masuk kuliah, dengan bangga mereka semua sekarang sudah berlabel mahabarataa!~ eh salah, mahasiswa

Setelah menjalani perkuliahan itu, sebagian dari kalian ada yang merasa

Kuliah di universitas A ngga kaya di FTV nih, ga asik!”
Aduh kok sastra zimbabwe susah banget sih, tau gitu gue mending ngambil sastra Kenya aje dah”
Kayanya masa depan gue ga jelas deh kalo ngambil jurusan tehnik pengendali air...”

Kalo kalian sudah berpikir kaya gitu berarti masalah kalian itu adalah salah jurusan. Jangan khawatir kalo kalian merasa salah jurusan, kalian ga sendiri kok, gue yakin banyak yang ngerasa kaya gini…
….termasuk juga gue.

jika sudah begitu, pilihannya cuma 2. bertahan dalam keterpaksaan atau pergi meninggalkan banyak kenangan. #halah

di artikel ini gue mau Menjawab questions of the year 2014 yang diajukan kepada gue

“Kenapa Pindah?”

itulah pertanyaan yang menghujani gue tahun ini. Biasanya kalo ditanya gitu sih gue jawabnya simple aja, paling “nggak pas, bukan passion gue kayanya olahraga”

Nah kalo di sini baru cerita lengkapnya

Sebelumnya gue kuliah di fakultas ilmu keolahragaan UNJ. Sebenarnya gue masuk olahraga UNJ juga ngga ada paksaan dari orang tua, kerabat dekat, apalagi tetangga gue. alasan gue masuk sini sih yang pertama karena ngga keterima di pilihan pertama waktu SBMPTN, kedua karena memang sejatinya gue suka olahraga.

Gue pun semangat menjalani kuliah ini dengan tekun dan rajin (seenggaknya semangat ini bertahan sampai 1 semester)

Seiring berjalannya waktu, hati gue seperti ada yang ngeganjel. Lalu timbulah pertanyaan. Semakin kesini kok gue ngerasa ga nyaman ya?

Ternyata yang membuat gue merasa ada yang mengganjel adalah tentang masa depan gue. berhubung prodi yang gue pilih bergelar sarjana pendidikan, paling mentok-mentok gue jadi guru. Sebenarnya bisa jadi atlet atau pelatih, tapi kalo orang kaya gue yang kupu-kupu (kuliah pulang – kuliah pulang) ya mentok-mentok jadi guru.

Guru itu bukan profesi gue banget. Gue itu pengen profesi yang ga ada jadwal yang mengekang kita. Bayangkan saja dari TK sampai SMA hidup kita udah dikekang oleh jadwal, kurang lebih sekitar 15 tahun, 15 tahun kita dikekang oleh jadwal yang mengharuskan kita untuk bangun tidur > makan > pergi sekolah > pulang sekolah > makan > tidur > ulangi terus sampai 15 tahun

Gue pun mencari passion gue yang sebenarnya. Setelah gue ubek-ubek sampah ternyata sekarang gue udah tau sepenuhnya bahwa gue itu xenoglossophile. Xenoglossophile itu bukan sebutan untuk orang yang suka ngupil, tapi sebutan orang yang suka dengan bahasa asing.

Yap, gue sangat tertarik dengan bahasa asing dan dunia sastra. Saat gue besar nanti seenggaknya gue pengen lancar berbahasa inggris, jepang,dan juga bahasa ikan.

Faktor pendukung yang membuat niat gue pindah adalah macetnya Jakarta. 1 setengah jam kurang lebih harus ditempuh Depok – Rawamangun. Kadang lebih capek dijalannya, daripada kuliahnya.


"emangnya susah ya ngejar mata kuliah di fakultas olahraga"

engga susah sih, asalkan punya basic olahraga dan suka olahraga pasti bisa ngejarnya, IP pertama gue aja 3,43 (kadang bercerita dan sombong itu beda tipis)

"galak-galak seniornya ya"

engga juga. galaknya pas ospek doang, dibentak-bentak, disuruh push-up, disuruh sit-up, dan kalo anda beruntung bisa dapet gamparan dan tendangan.
tapi kalo udah menjalani kehidupan kampus, senior-seniornya mah biasa aja, yang penting sopan aja.

“Yah sayang banget”

Kalo menurut gue sih ya engga sayang-sayang juga. Selama setahun itu kan gue bisa mendapat ilmu yang bermanfaat. Salah satunya sekarang gue jadi bisa renang ngalahin ubur-ubur.

bulatlah sudah keputusan gue pindah universitas.
daripada memaksa untuk bertahan padahal hati sudah tak ingin, gue pun tegas untuk memilih pindah dengan mengikuti apa kata hati.

Dan disinilah gue berdiri sekarang, gue memilih berkecimpung di dunia sastra. sastra inggris UGM (Universitas Gunadarma Margonda)

Untungnya keluarga gue menganut sistem demokrasi, selalu memberikan kebebasan atas pilihan anak-anaknya, meski sempet diceramahin juga.
Karena sistem demokrasi ini, jadi mereka ngebolehin aja masuk swasta, yang ngga dibolehin itu kalo gue masuk ISIS.

gue juga ikut SBMPTN lagi tahun ini dengan pilihan sastra jepang, sastra belanda, sastra Rusia UI. Tapi ya ga diterima lagi….iya lagi!
Ibaratnya tuh kita udah ngegebet cewek yang sama berkali-kali tapi tetep aja tuh cewek nolak gue! hiks. Sakit men.

Sebetulnya ngga sakit-sakit juga sih, wajar aja kalo tahun ini gue ga lolos SBM, belajarnya aja jarang. masih banyak orang yang belajar lebih keras

Untungnya gue selalu memegang prinsip “semua itu takdir Allah” jadi ga pernah berlarut-larut dalam kesakitan

Waktu motor gue ilang, gue ngomong ke di dalam hati “rezeki udah Allah yang ngatur, semua itu takdir Allah”
Waktu gue tau gue ngga diterima di UI juga sama “Allah menyiapkan tempat yang lebih baik, semua itu takdir Allah”
Bahkan waktu gue mendengar kabar dari nenek gue yang mau loncat dari menara sutet karna patah hati, gue cuma bilang “gapapalah, semua itu takdir Allah”

nah, gue punya sedikit tips nih buat para siswa unyu-unyu yang ingin melangkahkan kaki ke jenjang Perguruan Tinggi 

1. Kenali passion anda
kenalilah bakat dan yang tersimpan dalam diri kalian dan pilihlah jurusan yang sesuai minat. Pilihan yang sesuai dengan minat bakal memberikan motivasi lo saat lagi down. jangan sampe lo pilih jurusan karna keterpaksaan orang lain, apalagi orang gila. Jangan.

2. Kenali cita-cita anda
jangan memilih jurusan cuma karna suka aja. Suka belom tentu cinta. Lihat juga cita-cita lo mau jadi apa. kalau mau jadi dokter jangan ambil jurusan tehnik mesin, sebab ngerakit mesin beda sama ngerakit tubuh manusia.

3. Mencari informasi yang detail tentang perguruan tinggi yang mau kalian ambil
Ini yang ngga gue lakukan saat itu. yang gue tau dari UNJ cuma Universitas Negeri Jakarta. gue gatau prodi gue gelarnya sarjana pendidikan, gatau letak UNJ ada dimana, gatau bakal mempelajari apa aja. Waktu gue dapet PTN di SBMPTN rasanya udah lega aja, ngga nyari-nyari PTN lain. Yang ada di pikiran gue, gue udah masuk PTN, jurusan olahraga, dan gue suka olahraga. Tapi suka aja engga cukup, men.

4. Jangan sampe salah jurusan
terakhir, yang paling penting adalah jangan salah jurusan. Salah jurusan, fatal akibatnya. Contohnya, kalo lo mau ngambil UNJ, lo ambil jurusan ke pulo gadung. kalo mau ambil IPB, ambil jurusan ke Bogor. Seandainya jurusan yang kalian ambil salah, jangan harap kalian bisa kuliah di tempat tujuan yang kalian inginkan.

semoga tips yang gue berikan itu tidak membantu ya...

“just do what you love, and love what you do. If you do not love, leave it”

Gadis Penjual Air

Gadis Penjual Air


                Desaku terletak di tengah gurun pasir, gurun yang paling luas seantero bumi ini. berada terpencil jauh dari keramaian kota. jika ingin pergi ke kota setidaknya harus berjalan selama 4 hari, itu juga dengan menaiki unta.

            Remaja seumuranku tidak pernah ada yang merantau menyusuri gurun. Orang tua melarang kami menuju ke kota sebelum umur kami di atas 25 tahun. terlalu berbahaya.

            Memang di gurun ini cuaca tidak bisa di prediksi seperti di kota. saat cuaca cerah tidak menutup kemungkinan akan terjadi badai gurun di malam harinya. Jangan pernah melihat cuaca dari tampilannya, begitu kata ayahku.

            Walaupun desaku bisa dibilang penduduknya masih primitif, tapi mereka hidup berdampingan dengan damai. tidak pernah terjadi keributan antar tetangga, ataupun perang saudara. Kita semua berdampingan dengan damai bersama kesederhanaan

            Di desa kami ada seorang gadis yang menjual air. Rumahnya ada di ujung jalan desa. Ada hal yang janggal disana, bagaimana bisa di daerah gurun seperti ini dia menjual air ? darimana dia mendapatkan air itu ? Yang membuatku janggal lagi, gadis itu tidak pernah kehabisan stock air barang seharipun

            Mungkinkan ia dapat dari air hujan ? tentu saja tidak. Disini hujan jarang sekali terjadi. Sekarang saja sudah 1 tahun hujan tidak mengguyur desa tempatku berpijak. Atau mungkin gadis itu mendapat air dari oasis ? sepertinya tidak mungkin juga, oasis jauh dari desa kami.lagipula aku tidak pernah melihatnya keluar rumah, selain menjual airnya.

            Setiap harinya penduduk mengantre di depan rumahnya sebelum fajar menyingsing karena takut kehabisan. Mereka rela antre hingga berjam-jam untuk mendapatkan air yang mereka butuhkan. tentu saja mereka rela melakukan itu, air merupakan salah satu sumber kehidupan. Air bisa digunakan untuk mencuci pakaian sehari-hari, memandikan hewan peliaraan penduduk, dan untuk mengusir tubuh dari rasa dehidrasi. Sangat vital sekali fungsi air.

            Setiap penduduk diperbolehkan untuk membeli air maksimal membawa 5 liter. Itu peraturan dari si gadis tersebut. Jika sudah membeli air dia boleh saja membeli lagi, tapi harus mengantre mulai dari belakang. Peraturan ini diterapkan agar semua penduduk rata mendapat pasokan air dan tidak ada yang tidak kebagian.

            Suatu hari aku disuruh ibu mengantre disana. memang benar-benar ramai, tapi tentu saja walapun ramai kondisi disana masih kondusif dan terkendali, tidak ada yang mengeluh dan protes tidak mendapat air.

            dia berambut panjang dan mempunyai hidung mancung. Bibirnya selalu terkatup rapat, tidak pernah rentetan giginya terlihat. Mukanya selalu tampak murung. Entah dia sedang sedih atau memang sudah tampangnya seperti itu. entahlah.

            Setelah membayar dengan 5 keping uang logam, dan memberikan wadah air, ia menuangkan 5 liter air kedalamnya. Tidak lebih, tidak kurang. Setelah itu ia kembalikan wadah itu kepadaku tanpa berkata apa-apa. Aku mengucapkan terimakasih, dia hanya membalas dengan mengangguk.
            Sepulang setelah membeli air, aku bertanya pada ibuku.

“bu, siapa nama penjual air itu ?” tanyaku

“namanya Sahira, nak” balas ibu yang sedang memasak makanan untuk sarapan

“mengapa gadis itu tidak pernah terlihat selain saat menjual air saja ?”

“mungkin karena gadis itu jarang bersosialisasi dengan penduduk sekitar, dia gadis pendiam”

“apa dia setiap hari berjualan sendirian ?”

“sepertinya iya, ibunya sudah meninggal karena sakit keras, tidak lama kemudian bergantian dengan kakak pertamanya, lalu terakhir adiknya yang meninggal. sedangkan ayahnya pergi kota tanpa pernah ada kabar” ibu menjelaskan

“kasihan sekali, lalu apakah ibu tau darimana dia mendapat semua air yang tidak pernah habis ini ?” aku bertanya kembali, masih dengan hati yang penasaran

“siapa peduli ? semua penduduk tidak ada yang pernah mau tahu. yang penting gadis itu sudah menyediakan air, dan penduduk membayar, sudah selesai urusan mereka”

            Kata ibu semua peduduk tidak ada yang pernah mau tahu. memang benar, tapi tidak dengan aku. Aku penasaran sekali dari mana gadis ini mendapat air yang berlimpah.

                                                                               ***

            Keesokan harinya, ketika senja perlahan-lahan mulai terbenam. Aku melewati rumah gadis itu. rumah yang hening tanpa suara. Barang dagangan airnya sudah habis, sudah dimasukkan ke dalam rumah. Sebelum matahari berada tepat di atas kepala, air jualan selalu sudah habis. Tidak pernah tidak laku.

            Perlahan-lahan aku mulai mendekati rumahnya. Badanku gemetar sudah seperti bertemu dengan hantu. Aku mencoba memberanikan untuk mengetuk pintu rumahnya. 3 kali mengetuk pintu tidak ada orang menjawab, pintu terbuka sedikit, tidak terkunci.

“permisi”  aku berbicara perlahan seraya membuka pintu. Tidak ada orang menjawab. Rumahnya benar-benar hampa, tidak banyak barang.

Saat pertama memasuki rumahnya, ada 1 gambar tergantung di dinding. Ada 4 orang disana, sepertinya gambar keluarga Sahira. Ada gambar Sahira disana. di gambar itu Sahira sedang tersenyum bersama, kakak, adik, dan ibunya. Diujung gambar tertulis nama Itje. Sepertinya itu nama ayahnya. Aku pun seketika mengerti, ini adalah gambar keluarga Sahira ketika keluarganya masih utuh, dan ayahnya lah yang menggambar ini. aku bertaruh ayahnya adalah seorang pelukis handal. Setiap goresannya seperti hidup, benar-benar seperti nyata lukisan ini.

            Pasti dulu keluarga ini adalah keluarga yang bahagia, kasihan Sahira harus menghadapi kerasnya dunia sendirian.

Saat sedang menikmati lukisan ayah Sahira. aku mendengar suara isak tangis dari arah belakang. aku pun kembali berjalan hati-hati menuju ke dalam ruangan. Semakin masuk kedalam, tangisan semakin keras.

Senja sudah terbenam, bulan sudah siap menggantikan tugasnya. Cahaya bulan masuk melalui lubang-lubang di rumah Sahira. Hembusan angin juga masuk melalui lubang yang sama. Menyentuh kulitku yang ternyata bisa membuat bulu kuduk sedikit merinding

Dengan langkah kecil dan perlahan aku masih menyusuri sumber suara isak tangis itu. Setibanya di dapur yang sedikit sekali terisi perabotan memasak dan tidak terlalu besar, aku melihat seseorang sedang menangis. Itu Sahira!

Dia tidak berhenti-hentinya menangis. Keberadaanku saja tidak disadarinya. Sekarang aku pun mengerti, Sahira adalah seorang gadis penjual air.

Gadis penjual air mata.