Kereta Terakhir





Aku meminta Asep, salah satu petugas office boy di kantor untuk membuat pesanan lemburku seperti biasa. segelas kopi hitam small size dengan 2 sachet gula bebas kalori dan diberikan sedikit susu. Orang di kantor sudah sepi. di lantai 13, tempat dimana aku bekerja hanya tinggal aku, Asep, satpam dan detak jarum jam yang menemani di kesunyian malam. Hari ini aku harus lembur.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. petugas penjaga bilang bahwa ia akan mengunci kantor tidak lama lagi. Aku pun memutuskan untuk pulang dan meneruskannya di rumah, lagipula tugas ini tinggal sedikit lagi akan selesai. Aku berjalan menuju stasiun kereta yang berada tidak jauh dari kantor. sehari-hari aku memang lebih menyukai naik kereta dibandingkan membawa kendaraan pribadi. Sebenarnya kalo boleh jujur aku juga tidak punya kendaraan pribadi, memang naik kereta lah satu-satunya transportasi untuk akses dari kosan kekantor dan kantor ke kosan.

Aku berjalan sendirian di kegelapan malam. Bulan purnama memberikan sinarnya yang paling mempesona, tidak lupa ditemani beberapa bintang indah bertebaran, sesekali angin malam berhembus untuk mendinginkan suasana. Aku pun mengencangkan jaket. Sesampainya di stasiun aku langsung membeli tiket menuju stasiun Juanda. Menaiki satu per satu anak tangga dan menuju peron penungguan kereta. hanya ada sedikit orang yang menaiki kereta terakhir ini. maklum saja ini sudah jam 11.15 siapa juga orang yang mau bekerja selarut ini. hanya orang bodoh yang rela menghabiskan waktunya di kantor hingga jam segitu. lebih baik juga di rumah bercengkrama dengan keluarga atau teman. tunggu dulu, aku bilang tadi orang bodoh ya ? berarti aku salah satu orang bodoh tersebut dong. ah sial

Di sekeliling hanya terlihat bapak-bapak dengan muka kelelahan menunggu kereta. tidak ada senyum atau obrolan basa-basi yang biasa orang dewasa lakukan. Aku melihat satu per satu wajah mereka. Ketika aku melihat ke ujung stasiun tatapanku berhenti. Wow! aku tak menyangka ada sesosok wanita cantik disana. lebih tepatnya di ujung peron stasiun. kecantikan wajahnya bagai kapas tanpa noda. bersih. putih. bibirnya tergambar indah di raut wajahnya. matanya menatap kosong ke arah rel kereta. aku menerka umurnya masih sekitar 25 tahun atau mungkin 24. Tidak, tidak, kurasa 23 tahun karena terlihat ia masih muda sekali. aku bisa tebak dia adalah wanita karir, karena dia masih mengenakan setelan kantor yang masih rapih seperti abis disetrika. jarak pandangku ke dirinya memang tidak begitu dekat dan aku melihat hanya tampak samping, namun aku bisa melihat dan merasakn jelas ke elokan dirinya

Aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya. Entah mengapa dengan menatapnya memberikanku kesejukan. Sosoknya bisa membuat para lelaki melupakan masalah yang ada pada dirinya saat memandanginya.

Tidak beberapa lama kemudian suara klakson kereta berbunyi menandakan kedatangannya. Wanita itu pun naik ke gerbong paling depan tempat gerbong khusus wanita berada. Sedangkan aku masuk ke dalam gerbong tengah. berakhir lah pertemuanku dengan wanita cantik itu.

Kereta sudah menghentikan rodanya di stasiun juanda. aku menuruni kereta itu dan berjalan menuju kosan. Aku satu kost bersama Edie, teman sekelasku waktu SMA. kami sering membagikan cerita satu sama lain. mulai dari cerita tentang kerjaan, hobi, bahkan wanita. aku akan menceritakan pertemuanku dengan perempuan cantik tadi.

“di, lo tau ga tadi gue ketemu sama cewe cakep banget ?” aku membuka pembicaraan

“bosen ya gue denger lo ngomong gitu, udah berapa ribu cewe lo bilang cakep yu ?” jawab Edie dengan nada acuk tak acuh.

“hmm berapa ya ? gue juga gatau. tapi serius yang ini beda banget”

“beda gimana ?”

“ya beda aja, gue ngerasa dia cewe paling sempurna banget”

“sempurna itu cuma milik Allah sama andra & the backbone doang yu” ia tertawa kecil, tawa yang tersimpan ledekan dibaliknya

“ah ngelawak mulu lo kaya komeng, pokoknya nih ya besok gue bakal ngajak kenalan dan minta nomornya”

“dasar playboy”

                                                                ***

kring!kring!kring!
Suara alarm berbunyi memecah keheningan di pagi hari. Matahari bersinar cerah. Aku sangat bersemangat hari ini tentunya karena aku akan bertemu wanita misterius itu lagi. Seperti biasa aku menuju kantor naik kereta. beratus-ratus orang berkumpul dalam satu gerbong. Pastinya akan berdesak-desakan, saling berbagi lapak, dan menyesuaikan keseimbangan agar tidak jatuh. Pagi hari memang ramai-ramainya semua sarana transportasi. Apalagi yang menuju Jakarta kota seperti yang aku naiki ini. Semua bertujuan ke Jakarta. Sampe-sampe aku sudah lupa kapan terakhir aku duduk di dalam kereta pada pagi hari. Lupa atau mungkin memang tidak pernah.
Di kantor aku terus terbayang wajahnya. Tidak sabar untuk bertemu dia lagi nanti malam.

Kali ini, aku tidak ada lembur. Jam 9 aku sudah boleh pulang tapi rasa penasaranku terhadap wanita misterius (nama untuk wanita semalam yang aku berikan) itu berhasil membuatku rela menunggu 2 jam. Tapi aku tidak keberatan hal itu. Untuk membunuh waktu aku memilih untuk membuat kopi di pantry sambil berbincang-bincang dengan Asep.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00. Aku berpamitan kepada Asep dan berjalan menuju stasiun. Sesampainya di stasiun aku langsung membeli tiket menuju stasiun Juanda. Menaiki satu per satu anak tangga dan menuju peron penungguan kereta. Kulihat ke sekitar. Dan kembali kulihat wanita itu, wanita misterius yang penuh dengan pesona. dia tidak bersuara. Tatapannya lurus dan tidak menampakkan ekpresi. Bibirnya selalu tertutup rapat membentuk garis lurus. aku berusaha menghampirinya. Berjalan sedikit demi sedikit, namun tidak tahu kenapa aku tidak bisa melanjutkan langkah lagi. Langkahku seperti berat sekali untuk melanjutkan ke langkah selanjutnya. alhasil aku hanya bisa melihat nya dari jarak kurang lebih 50 meter.

Padahal kemampuanku mendekati wanita tidak usah diragukan lagi. Jika ada wanita yang kukagumi biasanya aku langsung mendekatinya, mereka pun biasanya memberikan respon yang positif. Aku sendiri belum pernah ditolak oleh seorang wanita. Pernah suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita namanya Dhira di toko buku, kami berkenalan dan berlanjut ke telponan lalu berlanjut menjalin hubungan. Kemudian si Vina yang kutemui di bis dan kemudian menjalin hubungan. Belum lagi si Clara, Dhifta, dan berbagai wanita lainnya. Tapi mengapa wanita yang satu ini sangat sulit untuk didekati

Barangkali wanita ini memang jodohku. Makanya aku harus berusaha lebih keras untuk mendekatinya

                                                               ***

Sudah 6 bulan terakhir ini aku belum memulai hubungan lagi. Aku bosan pasti ujung-unjungnya putus juga. Semua yang indah di awal belom tentu akan sama di akhir. Tapi mungkin sekarang aku sudah menemukan calon yang tepat. Mungkin.
Sesosok wanita misterius yang setiap malam berada di stasiun Jakarta Kota. Malam ini akan menjadi pertemuanku yang ketiga dengan wanita misterius itu. aku akan memberanikan diri untuk mendekatinya dan bilang “hai, gue bayu. Tenang aja lo ga perlu takut gue bukan orang jahat kok gue cuma pengen kenalan aja. Nama lo siapa ? kok malem-malem sendirian ? ga baik kali wanita pulang malem sendirian, gue temenin aja ya?”
Tapi kenyataannya, Setelah berada di stasiun dan melihat wajahnya semua kata-kata yang aku sudah siapkan terbuang begitu saja. aku masih berada di tempat yang sama. Tidak maju. Tidak mundur. Tidak lama kemudian kereta terakhir datang. Dia naik di gerbong khusus wanita. Berakhir kembali pertemuanku dengan dia

Setibanya di kosan, Edie belum tidur. Dengan nada sedikit meledek ia bertanya kepadaku

“gimana udah dapet nomornya ?” Edie mengeluarkan senyum mesem-mesem meledek seperti sudah tahu jawaban yang akan aku berikan

“menurut lo gimana?” aku menjawab dengan jengkel

“menurut gue sih…belom! Haha”

“jangan ngeledek deh lo. Di, beneran nih ya kayanya langkah gue buat ngedeketin dia kok berat banget ya ? padahal lo tau sendiri kan gue itu gampang banget ngedektin cewe”

“langkah lo berat yu ? mungkin isi tas kebanyakan kali tuh”

“sialan lo! Serius gue di”

“lagian berat gimana si. Lo tinggal deketin, kenalan, lo minta deh nomornya. Simple kan ?”

“teori si emang simple, prakteknya itu yang rumit”

“gausah lah lo merumitkan hal yang sederhana. Lo coba lagi deh besok”

                                                            ***

Hari-hari selanjutnya terulang terus-menerus tanpa kemajuan. Tersiksa ku dibuatnya. Sudah 1 bulan kurelakan menaiki kereta terakhir hanya demi melihat sosoknya. Bahkan di hari libur kerja, hari Sabtu dan Minggu, aku rela datang ke stasiun Jakarta Kota untuk menaiki kereta terakhir. Dan itu semua hanya untuk melihat dia. Hanya untuk melihat dia duduk di peron, diam menatap rel tanpa ekspresi, dan masuk ke gerbong wanita. Begitu terus beruang-ulang.

Tapi yang aku bingung mengapa di hari Sabtu dan Minggu ia tetep bekerja?

Setiap malamnya aku selalu berusaha berjalan mendekatinya lebih dekat. benar-benar berat, sudah stuck di 50 meter. di pagi hari aku sudah bulatkan tekadku untuk berani mendekatinya namun semua itu kembali sirna ketika sudah melihat sosoknya, hanya sekedar menjadi niat yang tak terlaksana.

Pada akhirnya aku memutuskan bertanya pada petugas di stasiun yang menjaga. Siang itu matahari sangat terik. Hari ini hari minggu jadi aku tidak perlu berangkat ke kantor. Tapi sekarang aku sedang berada di stasiun Jakarta Kota, stasiun dimana aku biasa pulang kerja dan biasa bertemu wanita misterius itu. Rasa penasaran yang tinggi terhadap wanita misterius itu yang membawaku panas-panas datang kesini. Ini benar-benar mengganggu pikiranku, di kosan di jalan, di kantor terbayang terus tentang dia. Karena dia setiap hari pulang ke stasiun ini aku yakin petugas stasiun mengenalnya.
Dengan wajah penasaran aku bertanya kepada petugas itu yang namanya adalah pak bagus

“Pak, bapak tau ga wanita cantik yang selalu menaiki kereta terakhir dan selalu duduk di depan gerbong khusus wanita itu ?” tanyaku

“yang mana toh mas bayu ?” dia bertanya bingung dengan suara khas medok jawanya

“itu lho pak yang selalu make baju dan rok putih hitam dan duduk di ujung peron stasiun situ” jari telunjukku menunjuk ke arah wanita misterius biasa menunggu kereta datang

Pak bagus melihat ke arah tempat yang aku tunjuk. Bola mata hitamnya ke atas dan mengerenyitkan dahi. Ia sepertinya sedang mencoba mengingat sesuatu.

“oalah itu toh, itu tuh namanya Riana dia adalah salah satu anak pengusaha swasta di Jakarta tapi dia lebih memilih untuk mencari kerja sendiri. Dia selalu naik kereta terakhir karena memang dia bekerja sampai jam 11 malam. Dan tepat 2 bulan, dia meninggal karena diperkosa lalu dibunuh oleh kawanan lelaki hidung belang saat sedang menunggu kereta. dan tubuhnya di buang begitu saja di dekat rel kereta. kata orang-orang sih dia bakal ngebunuh setiap orang yang mengajak dia bicara, soalnya diyakini hanya cowo hidung belang yang bisa mengajak dia bicara. Tapi mas bayu ga perlu khawatir, saya saja yang sudah lama kerja disini belum pernah melihatnya.”

Aku tercengang
Previous
Next Post »
0 Komentar