Image: @IrenaBuzarewich |
aku ingin merupa tuhan. tapi aku tidak
bisa menyediakan waktu kepada semua orang seperti-nya.
aku hanya bisa memberikan waktu buatmu, dan kau bebas menentukan
kapan waktu yang
kau mau untuk bersamaku.
1.
pagi
hari setelah subuh
sebermula kabut membangunkanmu dari tidur lelap. memberikan baju hangat dan beberapa pujian
sebermula kabut membangunkanmu dari tidur lelap. memberikan baju hangat dan beberapa pujian
pembuka mata. kita bisa menjelma embun dengan daun yang tengah
menengadah pasrah. ketika
fajar menyingsing, kita duduk berhadapan sambil
menyantap roti isi, secangkir kopi, serta
sajak-sajak pagi. kita terlalu sibuk
memainkan sajak hingga kopi panas sudah menjadi dingin.
bagaimanapun itu, aku
tetap suka. di waktu ini sejumlah pelukan bisa terjadi.
2.
tepat
matahari atas kepala
satu-satunya tempat yang nyaman adalah di bawah pohon rindang. menghitung daun-daun hijau yang
satu-satunya tempat yang nyaman adalah di bawah pohon rindang. menghitung daun-daun hijau yang
jatuh ke atas kepala, sementara kamu bercerita
tentang menariknya beberapa kata di kota kita.
walau hari bersama panjang, tapi
kita tak bisa ke mana-mana. kau tahu sendiri kan kalau di luar itu
panas
sekali?
kita tidak bisa berjalan-jalan karena di sini taman adalah sesuatu yang jarang tapi tidak seorang pun
merasa gamang. Kalau kau memilih waktu ini untuk
berjalan denganku, baiklah aku akan sedikit
berjarak. Aku takkan berani
menggenggam barang tanganmu, sebab cuaca begitu panas. aku tahu
kalau kau tidak
mau peluh kita bercampur menjadi bau keringat yang apak.
3.
jam
4 petang
para penyair lebih suka menyebutnya dengan kata senja. kita sendiri pasti berdebat tentang apa
para penyair lebih suka menyebutnya dengan kata senja. kita sendiri pasti berdebat tentang apa
warna senja yang paling tepat, kau sebut lembayung, aku
memanggil mambang kuning, sedang yang
lainnya menyebut merah jingga, layung,
atau oranye. inilah waktu paling indah dibanding sepanjang
hari yang kita sudah
atau bahkan belum kita lewati.
kita
bisa duduk berdua tanpa suara-suara aneh yang akan kita dengar. kau mungkin
mengeluarkan
riak yang amat sangat kecil di pelupuk mata yang tak berujung.
sungguh hanya dengan memandangi
mentari yang masuk peraduan akan mendatangkan
kebahagian yang tak terkira.
tapi
tunggu dulu. sebelum kau memilih waktu ini, kamu tahu kan sudah berapa lama
kau
menunggu sedari tadi? setelah itu ia datang dan berlalu begitu saja tanpa
terasa. terlalu fana.
4.
kegelapan
sepanjang malam
hari sudah gelap, angin malam mulai menghempas kulit sehingga kita harus kembali memakai baju
hari sudah gelap, angin malam mulai menghempas kulit sehingga kita harus kembali memakai baju
hangat. dan kita harus lebih dekat untuk memudahkan diri
melihat sepasang bola mata yang terbuat
dari kilau bulan purnama hari pertama. jaket yang merengkuh tubuh mungkin tak mampu
menjinakkan malam yang gemetar.
sampai-sampai tulang belakangmu merasa menggigil meminta
nyala api unggun
sebagai pengganti.
waktu
masih sangat panjang. nyala api tak akan mampu mendekap malam terlalu lama.
namun peluk
yang melingkar di pinggang mampu melakukan lebih lama dari siaran
radio yang didengar sepanjang
hari demi lagu kesukaan.
bayang-bayang
yang tak mampu menyamarkan warna sudah berbaur menjadi lebih buntal. di waktu
ini mungkin kita bisa tetap. kita terus bersama sepanjang malam dan ketika pagi
menjelang, jika saja
kau masih mau, kita masih bisa menutup tirai dari jendela
yang retak dan menghalangi cahaya pagi
masuk ke dalam kamar. kita mencipta
malam milik kita sepanjang hari, lalu di kegelapan, kita terus
berdekapan. dan
mungkin akan terciptakan pula liarnya beberapa kecupan.
1 Komentar
ini lo yang ngetik sendiri jem? kalap nian
Balas