Kesesatan yang Lestari dalam Berbahasa Indonesia


Dilahirkan di negera Indonesia, bukan jaminan punya kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Banyak orang-orang Indonesia berlomba-lomba mempelajari bahasa asing, tapi mengabaikan bahasanya sendiri.

Disadari atau tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja, pada prakteknya sehari-hari, masih banyak penggunaan bahasa Indonesia yang salah. Namun karena salah itu dilakukan terus menerus, jadi dalam pikiran kita hal itu udah tertanam menjadi sebuah kebenaran. Sama juga seperti kamu, kalau kamu benci aku secara terus-menerus, lama-lama mungkin benci itu bisa berubah jadi cinta.

APAAN~

Beberapa orang mungkin tau kesalahannya dalam berbahasa, tapi tidak memberitahu orang yang nggak tau. Beberapa mungkin nggak tau, tapi nggak mau cari tau. Beberapa mungkin mau cari tau, tapi nggak tau mau cari di mana. Kalo lo nggak tau harus cari di mana, lo sudah berada di tempat yang tepat.

Daripada lo semakin mual dengan pembukaan gue, langsung aja gue beritahu kesalahan-kesalahan umum yang sering gue temukan dalam penggunaan bahasa Indonesia.

1. Penulisan ke- dan di-

Penulisan "ke-" dan "di-" itu sebenarnya gampang-gampang mudah. Saking mudahnya, banyak orang yang nggak peduli dengan pengunaan ke- dan di-. Kadang gue jadi gatel-gatel sendiri kalo masih ada orang yang salah menggunakan ini.

Penulisan ke- dan di-, ada yang ditulis serangkai dengan kata dasar (imbuhan), ada pula yang terpisah dari kata yang mengikuti (awalan). Kalau mau tau "di-" atau "ke-" dipisah atau enggak, gampanya sih, kalau di- dan ke- yang merujuk pada suatu tempat atau waktu, berarti dia dipisah. Kalau yang sebagai kata kerja berarti disambung.

Kesalahan "di-" sebagai kata depan yang sering gue temui yakni dimana, diantara, disana, disisi. Itu semua salah. Karena sebagai penunjuk tempat seharusnya semua itu dipisah, jadi yang bener "di mana", "di antara", "di sini", "di sisi".

Contoh penulisan di- sebagai imbuhan dicintai, dicaci, disantet, digebukin, dsb.

Penulisan "ke-" juga lebih kurang sama, kalau ke yang menunjuk ke tempat/tujuan berarti ia dipisah. Misalnya yang bener itu “ke sana” bukan kesana, “ke mana” bukan kemana, dan lainnya.

Sedangkan ke- sebagai imbuhan contohnya kejedot, ketikung, keserempet, dsb.

Coba perhatikan spanduk ini.
Dari twitter @shamposachet
Bisa temukan kesalahan di spanduk tersebut?
Disekitar, seharusnya "di sekitar"
Disaat, seharusnya "di saat"
Silahkan, seharusnya "silakan"
Kedalam, seharusnya "ke dalam"

2. Pengejaan yang Salah

Kesalahan dalam pengejaan bukan sering dialami ketika kita menggunakan bahasa inggris aja, dalam bahasa Indonesia juga sering terjadi cuma mungkin orang-orang pada nggak sadar aja. Banyak orang juga menganggap salah eja itu bukan masalah berarti.

“Ah salah eja doang, lagian orang yang dengar atau baca juga bakalan ngerti apa yang gue maksud.”

Mungkin argumen itu benar. Kesalahan ini pun masih bisa dimaafkan kalo cuma buat nge-chat temen, nulis di blog atau di percakapan sehari-hari. Tapi kalo lo nulis karya ilmiah, media massa, atau barangkali suatu saat nanti lo jadi penulis pidato presiden, kesalahan kecil ini tidak bisa dimaklumi.

Seenggaknya lo sebagai warga negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan bangsa, lo harus tau ejaan kata yang ejaan yang disempurnakan.

Berikut adalah daftar kata yang sering dieja salah. Yang di sisi kiri adalah kata yang bakunya.

“Napas”, bukan "nafas"
“Paham”, bukan “faham”
“Kecoak”, bukan “kecoa”
“Apotek”, bukan “apotik”
“Antre”, bukan “antri”
“Aktivitas”, bukan “aktifitas”
“Respons”, bukan “respon”
“Praktik”, bukan “praktek”
“Tolok ukur”, bukan “tolak ukur”
“Takhta”, bukan “tahta”
“Cendera mata”, bukan “cindera mata”

3. Penggunaan Tanda Baca

“Ayo makan anak-anak!”
“Ayo makan, anak-anak!”

Lihatlah bagaimana tanda koma bisa menyelamatkan nyawa banyak anak-anak tidak berdosa. Jadi penggunaan tanda baca itu vital banget dalam sebuah kalimat. Kalau tanda baca yang digunakan ngaco, bisa jadi pesan yang disampaikan penulis jadi rancu.

Kalo ini dari SD juga udah diajarin. Yang sering gue temui sebenarnya bukan kesalahan penggunaan tanda baca, akan tetapi cara peletakkan tanda baca.

Contoh:
A: Raisa, nyimeng yuk ?
B: Ayuk !

Apa yang salah?
Yak, peletakkan tanda tanya dan tanda seru yang didahului oleh spasi. Tanda baca dengan huruf terakhirnya seharusnya tidak diberikan jarak. Kenapa? Nanti takut kangen :’( hiks.

Masih banyak orang terjebak kesalahan ini. Gue perhatikan, bahkan banyak status-status media sosial temen gue yang nyatanya adalah seorang mahasiswa masih begitu.

Gue pun nggak luput dari dosa. Kalau lo liat postingan-postingan awal gue, gue juga nulis tanda bacanya begitu. Gue sengaja nggak membetulkan kesalahan itu, biar kalo gue baca-baca lagi, gue jadi inget bahwa gue juga pernah salah, dan itu menjadi motivasi gue untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Idih~

Tanda baca yang mau gue bahas selanjutnya yakni tanda hubung (-). Sebetulnya jarang gue menemukan banyak kesalahan di tanda ini. Niatan awal gue mau menjelaskan ini, berangkat setelah gue membuka blog temen gue, lalu hampir di setiap postingannya dia menggunakan tanda hubung semena-mena, yang mana hal ini membuat mata gue jadi mules ketika membacanya. Mari ditengok.



Lihat? Mules nggak lu bacanya? Mereka-mereka itu ditakdirkan hidup bersama. Orang jahat macam apa yang tega memisahkan huruf-huruf tak bersalah itu.

Tanda hubung digunakan pada situasi-situasi berikut ini:
  • Pemisah pada penggantungan baris
          Di malam yang dingin itu, Tarjo tak kuasa me-
          nahan cintanya pada Raisa lebih lama lagi.
  • Menyambung kata ulang
          Undur-undur, melihat-lihat, kehijau-hijauan
  • Pengejaan satu-satu dan bagian-bagian tanggal
          C-i-n-t-a
          27-03-1995
  • Se + huruf kapital | ke + angka | angka + -an
          Se-Depok, se-Timbuktu
          Ke-2
          Angkatan 90-an
  • Singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata
          Mem-PHK-kan, sinar-X
  • Nama jabatan rangkap
          Menteri-Sekretaris Negara
  • Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing
          Di-tackle, di-service, di-smack

Setelah mengetahui fungsi-fungsi tanda hubung, apa tulisan temen gue tadi ada yang masuk kategori penggunaan tanda hubung? Tidak ada.

Coba lihat di contoh gambar tadi, ada yang gue lingkari dengan warna ijo. Itu juga kesalahan. Itu mungkin maksud si penulis adalah tanda pisah (−), yang mana seharusnya lebih panjang dari tanda hubung, tidak didahului dan diikuti spasi, huruf setelahnya bukan huruf kapital (kecuali memang kata yang wajib dikapitalkan). Kegunaannya pun berbeda dengan tanda hubung. Yang pengin tau, silakan cari di internet aja ya. Kepanjangan kalau saya jelaskan Pak, Bu.

4. Penggunaan Kata yang Salah Kaprah

Mulyono: “Kamu tau nggak? Selama ini, aku itu mengacuhkanmu!”
Ningsih: “Kamu jahat, Mulyono. Aku nggak mau ketemu kamu lagi!”
Mulyono: “Lho kok…”

Apa yang salah dengan perkataan Mulyono kepada Ningsih? Padahal Mulyono merasa sudah menyampaikan perasaannya dengan tepat, tapi mengapa Ningsih malah nggak mau ketemu Mulyono lagi?

Yang menjadi asal-muasal permasalahan mereka adalah penggunaan kata “acuh”. Yang berkembang di masyarakat, kata “mengacuhkan” disamakan dengan kata” mengabaikan”. Padahal artinya itu sebaliknya. Menurut KBBI, arti kata acuh sejatinya adalah peduli; mengindahkan.

Contoh lainnya mudah ditemukan di lagu Indonesia, salah satunya ada di lagu Once.

Kau boleh acuhkan diriku
Dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah
Perasaanku…
Kepadamu…~

Di lagu itu ada 2 kesalahan. Pertama kata acuh yang disononimkan dengan abai, seperti yang gue bilang sebelumnya. Acuh itu artinya peduli. Peduli! Inget ya.

Kesalahan kedua yaitu kata “merubah”. Kata “ubah” yang diberikan imbuhan me- seharusnya jadi mengubah, bukan merubah. Merubah mah binatang.

Itu baru di satu lagu, belum lagi masih banyak lagu-lagu Indonesia yang melakukan kesalahan itu. Padahal kan lagu itu kan mempunyai kekuatan yang luar biasa di ingatan manusia. Lagu yang kita denger 10 tahun yang lalu pun, masih bisa kita inget dengan jelas. Kalau lirik lagunya menyampaikan kesalahan, tentu kesalahan itu juga bakal tersimpan di otak kita bertahun-tahun.

Kata yang salah kaprah selanjutnya adalah Anarkis. Di berita-berita, kalau ada tindakan perusakan, biasa menyebut dengan kata anarkis. Misal “Sopir taksi konvensional melakukan tindakan anarkis dalam demo besar-besarannya di Jakarta.”

Kalau dibaca sepintas, keliatannya sih bener. Namun coba kita jabarkan arti anarkis sesungguhnya menurut KBBI.
Anarki n 1 hal tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan, atau ketertiban; 2 kekacauan (dl suatu negara)

Anarkis n 1 penganjur (penganut) paham anarkisme; 2 orang yg melakukan tindakan anarki

Anarkistis a bersifat anarki
Sudah ada gambaran jawaban yang tepat?

Di contoh kalimat yang tadi “Sopir taksi konvensional melakukan tindakan anarkis dalam demo besar-besarannya di Jakarta”. Tindakan anarkis di situ kan maksudnya tindakan (yang bersifat) anarki, sedangkan anarkis arti sebenarnya adalah orang yang melakukan tindakan anarki (pelakunya), jadi yang benar seharusnya tindakan anarkistis.

Hal ini sama kasusnya dengan kata “optimis”. Mari kita lihat contoh salah yang kerap diucapkan orang-orang.

“Lo harus optimis, Mul. Lo pasti bisa mendapatkan hati Ningsih lagi.”

Sekarang mari kita jabarkan arti dari kata optimis
Optimis n orang yg selalu berpengharapan (berpandangan) baik dl menghadapi segala hal

Optimistis a bersifat optimis; penuh harapan (tt sikap)
Yang benar mestinya "Lo harus optimistis, Mul." Jadi, seorang optimis itu pasti memiliki sifat optimistis. Karena Mulyono optimistis, maka dia bisa dipanggil optimis.

Salah kaprah lainnya adalah kata Seronok. Mari lihat gambar berikut ini.

diambil dari liputan6.com
Dari gambar tersebut, apa kesimpulan yang lo ambil dari arti kata seronok?
Tidak sopan, mengumbar-umbar aurat, pokoknya negatif deh ya. 
Ini termasuk kata yang mengalami pergeseran makna. Arti sesungguhnya dari seronok yaitu menyenangkan hati; sedap dilihat (didengar dsb). Jadi kalo lo pergi ke pesta atau acara lainnya, pasti lo memakai pakaian yang seronok. Kalo ada orang yang nyuruh lo nggak pake pakaian yang seronok, berarti dia nyuruh lu pake pakaian layaknya seorang gepeng.

Itulah beberapa kesesatan yang dilestarikan di masyarakat. Di sini gue nggak bermaksud untuk menggurui. Dekat dengan dunia penulisan dan terjun di jurusan sastra membuat kemampuan ilmu berbahasa Indonesia gue semakin meningkat. Gue juga bukan ahli bahasa, cuma pencinta bahasa aja. Barangkali ada tulisan gue yang khilaf tolong dibenarkan, atau kalau ada yang mau menambahkan sangat diperbolehkan.

Jadi apa lo termasuk salah satu orang yang melakukan kesalahan-kesalahan di atas? Setelah lo tau kesalahan-kesalahan itu, masih mau mengulangi kesalahan yang sama?
Berat banget nggak sih buat memperbaiki kesalahan kita berbahasa?
Enggak lah ya… berat ajah.
Berat banget mah…. ngajarin Limbad baca puisi.

Waanjirr~

Semoga tulisan saya ini bisa membantu. Saya doakan orang-orang yang masih tersesat hidupnya dalam berbahasa Indonesia diberikan pencerahan, jalannya diluruskan, dan dosa-dosanya bisa diampuni oleh Yang Maha Kuasa.
Previous
Next Post »
4 Komentar
avatar

Anjer blog gua maen di screenshot aje -_- anyway, thank you pencerahan-nya gan. <<< ya strip itu kebiasaan gue, thank you pencerahannya gan.

Balas
avatar

Maaf, Pak, soalnya saya mencari kesalahan-kesalahan di sekeliling saya aja hahaha. Nah kebiasaan buruk itu jangan diteruskan, Pak. Jujur, banyaknya tanda strip di blog Bapak itu mengganggu hidup saya.

Balas
avatar

Agak sukar jem mengkritisi diri sendiri, wkaka.

Balas
avatar

daridulu bingung penggunaan kata di- sama ke- kapan mesti dipisah kapan mesti digabung
nice info kang glodok

Balas