Hujan Maaf Semalaman


Dalam tubuhku selalu ada kali tercemar mengalir
alur airnya pada pipa-pipa pembuluh selain darah.
Yang jatuh berulang kali melupakan asal mereka
serupa air mata dari seorang penyedih paling tulus.

Kali itu; yang dibenci orang namun dicintai api,
mengusik keheningan pikiran dan mengusak kebeningan
mata air dalam jiwa, dengan aroma tidak sedap
yang semakin sampah.

Padahal sukma terlalu murni untuk menyimpan barang
senoktah hitam usam yang menyebut dirinya sebagai kesalahan.

Biarlah hujan maaf turun semalaman membersihkannya.
Menanggalkan untuk meninggalkan tubuh usangku
yang kian gersang.



Depok, 26 Juli 2015



***
Berhubung sekarang masih suasana lebaran, mohon maaf lahir batin ah, maafkan kesalahan saya yang saya lakukan secara online ataupun offline. Maafkan kesalahan saya yang tidak disengaja dan yang tak disengaja ya (saya tidak menyebut "kesalahan saya yang disengaja", sebab sepengetahuan saya, saya tidak pernah melakukan kesalahan dengan sengaja). Maafkan juga jika diblog ini ada kata-kata yang menyinggung perasaan Anda.

Omong-omong, puisi di atas merupakan salah satu dari dua puisi pertama saya yang dijadikan antologi buku puisi edisi lebaran tahun kemarin.
Previous
Next Post »
0 Komentar