Cinta datang dan Pergi (part 2)


“Lumpuhkanlah ingatanku hapuskan tentang dia, hapuskan memoriku tentang diahilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia ku ingin ku lupakannya”
Alunan lagu dari geisha terdengar di mobilku. Membuatkan makin rindu dengan keberadaan Mantan terindahku itu. seharusnya rindu ini dipikul sama-sama agar tidak terasa berat, tapi aku disini memikul rindu itu sendiri sedangkan dia tidak mungkin masih merindukanku. Sebenarnya aku juga tidak mau lagi merindukannya, namun siapa yang bisa menolak merindu ini?

Aku menjalankan mobilku dengan pelan-pelan. Tentu saja pelan karena memang jalanan sedang macet. Apalagi pada jam pulang kerja di kawasan sudirman yang aku lalui ini. kadang aku bertanya-tanya kapan ya Jakarta bisa bebas dari macet. Mau lewat sini kena macet, Lewat sana kena macet, Dimana-mana macet. Aku punya saran untuk mengatasi kemacetan ini, bagaimana kalau macet ini dibudayakan saja sehingga Negara kita mempunyai budaya macet, siapa tau Malaysia akan mengklaim budaya macet itu dan bebaslah kita dari kemacetan. Oke aku tau itu saran bodoh. Lupakan saja

Aku menatap jam digital di mobilku. Jam sudah menunjukkan puku 20.10 WIB. ah sial aku telat lagi. Kali ini Dipa akan mentraktir aku dan Erlang nyabu sepuasnya. Eh jangan salah paham dulu ya, nyabu disini maksudnya shabu-shabu yang makanan jepang. Kita aka nyabu di salah satu mall di kawasan Sudirman, di FX mall. Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada badai dia ingin mentraktir kami. Tumben-tumbenan nih dia baik, biasanya mah boro-boro. Katanya sih ada kabar bahagia, entah apa kabar bahagia nya itu

15 menit kemudian aku sampai di FX, lalu memarkirkan mobilku. Setelah itu aku berjalan menyusuri basement menuju ke shabu tei yang terletak di lantai 1, hingga Dipa melambaikan tangannya dan memanngilku
“eh sorry sorry ye gue telat” aku langsung duduk di kursi yang kosong
“ah kebiasaan lo glen” ujar Dipa
“macet banget tadi” aku beralasan
“alah alasan klasik”
“eh jadi ada angin apa nih lo neraktir kita makan” kataku
“jadi gini lo harus siap ngedengernya ya” Dipa menatap kami serius
“ah lebay lo”
“jadi gue itu udah ngelamar Fani dan…diterima!! Dan rencananya gue bakal menikah bulan Juni taun depan” Dipa menceritakan dengan antusia
“ah serius lo ?! aku sedikit kaget. pernyataan mengejutkan dari Dipa, padahal dia baru pacaran sama Fani aja 6 bulan yang lalu. Aku aja udah setahun masih berkutat dengan masa laluku sedangkan dia udah mau nikah aja
“yaiyalah serius”
“ah gila ga nyangka gue, ternyata lo masih suka cewe juga dip” celetuk Erlang
“sialan lo, nanti kalo gue udah keluar dari apartemen lo berdua jangan homo an ye”
“ah kampret lo” Aku dan Erlang memukul bahu Dipa

                                                                               ***

Hari ini sudah 2 tahun semenjak berakhirnya hubungan aku dengan Mei. Ya hari ini tepat ulang tahunnya yang ke 27. Dan seharusnya menjadi hari anniversary kita yang ke 7. Setelah hari itu aku belum pernah berhubungan lagi dengan Mei. Jangankan berhubungan langsung, sms sekedar mengucapkan ‘hai’ saja tidak pernah. Ucapan selamat ulang tahun untuknya hanya kutitipkan pada saat doa di sholat sepertiga malam. aku tidak tau apakah akan disampaikan langsung kepadanya atau tidak, yang jelas aku sudah mengucapkannya.

Sampai kapan aku akan seperti ini terus. Sosok fisik sudah hilang tapi bayangannya selalu tergambar jelas. Sampai kapan aku harus memikirkannya, sedangkan dia saja tidak memikirkanku. Sampai kapan aku akan tersakiti ? Mengapa sih wanita itu tega menyakitiku ? oke aku tau sebenarnya aku sendiri yang menyakiti diriku. Bukan dia.

Siang ini aku sedang membereskan apartemenku. Dipa sudah berangkat dari pagi tidak tau kemana. Tapi aku tau, karena sekarang sudah bulan Mei pasti dia sedang sibuk-sibuknya mengurus persiapan pernikahannya yang tinggal sebulan lagi. Sedangkan Erlang, mungkin dia sudah menjemput pacar barunya. Kadang aku suka iri dengan erlang, dia bisa move on dari satu wanita ke wanita yang lain dengan cepat. Aku akui bisa move on cepat dari mantan merupakan skill.

Aku menyeret dan menaiki sebuah kursi. Kali ini aku akan membersihkan bagian pojok atas lemari. Ketika aku sudah berjinjit di kursi dan ingin membersihkannya, aku melihat boneka yang tidak asing. Sebuah boneka teddy bear besar yang sudah diselimuti debu. Yap, ini adalah boneka yang tadinya akan aku berikan pada Mei di hari annive + ulang tahunnya. Sudah 2 tahun boneka ini tidak dijamahi oleh sentuhan manusia. Aku sendiri tidak ingat kalo benda itu masih disana. Mulai hari ini aku bertekad untuk melupakan semua yang membuatku tersakiti. Semua kenangan indah bersamanya. Dipa aja udah mau nikah, si Erlang lagi menikmati masa-masa indah sama pacar barunya, masa aku masih sibuk ngurusi masa lalu yang ga pernah selesai kalo bukan aku sendiri yang menyelesaikannya. Makanya nanti boneka ini akan aku buang saja. Untuk apalagi aku menyimpan barang-barang yang hanya mengingatkanku padanya.

Senja itu menebarkan warna jingga di penjuru langit. gedung besar mengelilingi taman kota. Berbagai tanaman hijau melambai diterpa angin sepia-sepoi. Bersyukur di kota Jakarta masih mempunyai taman kota yang hijau ini. Aku berjalan di taman sendirian membawa boneka teddy bear dan canon ku. Saat ga ada kerjaan gini memang aku suka sekali menjepret pemandangan-pemandangan indah disekitar. Aku duduk di bangku panjang berwarna merah. Kupanggil seorang anak sedang bermain dengan teman-temannya. Kuberikalah boneka teddy bear yang seharusnya dulu aku berikan pada Mei itu. tadinya boneka itu pingin aku buang. Tapi sayang juga kan boneka itu dibuang, jadi aku memutuskan untuk memberikannya saja pada seorang anak kecil.

Aku mengeluarkan kamera untuk menjepret moment-moment indah. Candid shots seorang suami-istri sedang jogging bersama sambil mengobrol satu sama lain. Aku jadi ingat waktu itu aku dan Mei juga sedang jogging bareng di Senayan. Aku jogging bersebelahan dengan dia. Jogging dan terus jogging kemudian suara teriakan memanggil namaku dari belakang. Ternyata saat itu Mei sudah terjatuh karena kelelahan. akupun berbalik arah dan langsung menghampiri lalu membantu Mei untuk berdiri. Dia pun langsung bilang “johhing sih jogghhing thapi pahcaarr sehdiri jahgan dithinggal donghh, chape tau” akupun hanya tertawa mendengar nadanya yang sudah kelelahan seperti itu. kadang aku merindukan semua hal-hal yang pernah kami lakukan. Aku membiarkan pikiranku mengenang liar untuk hari ini. biarlah hari ini menjadi hari terakhir aku mengingat tentang dia

senja sudah mulai menjadi gelap. Aku pun pulang ke apartemenku

                                                                   ***

Bulan Mei sudah berlalu, bulan yang tadinya sangat aku dambakan setiap kedatangannya tapi sekarang sudah berubah menjadi bulan yang paling aku benci. Hari ini aku harus menghadiri acara pernikahan teman seapartemnku dan berarti mulai besok sudah tidak menjadi teman seapartemnku lagi. Acara akan dimulai pukul 10.00 WIB. sebenarnya aku sangat benci menghadiri acara seperti ini. ini hanya mengingatkanku pada pertemuan awalku dengan Meirantika. Tapi aku wajib dateng karena ini acara penting sahabatku. Jangankan ga dateng, kalo telat 1 detik aja bisa dipecat jadi sahabatnya Dipa.

aku pergi kesana bersama Erlang menaiki mobilku. Tidak butuh waktu lama untuk mencapai tempat pernikahannya karena tidak terlalu jauh lokasi pernikahan si Dipa dari apartemen.
Sesampainya disana tamu belum ramai namun sudah mulai berdatangan. aku dan Erlang sedang berjalan untuk memberikan selamat kepada kedua mempelai
“beruntung banget lo Dip bisa dapet cewe secakep Fani dan buat lo fan sabar-sabar aja ya dapetnya cowo kaya Dipa” ketusku dengan nada meledek
“Ah kampret lo!” Dipa membalas kesal. Aku, Erlang, dan Fani pun tertawa puas
“udah lo berdua ambil makanan dulu sono entar kita ngobrol-ngobrol lagi”
“oke Dip”

Aku berjalan meninggalkan mereka yang masih harus menyalami para tamu lainnya
“lang, ambil makan dulu yok”
“lo duluan aja deh, gue ga terlalu laper, gue mau ngambil es krim aja dulu”

Saat itu aku menuju tempat yang menyediakan berbagai macam makaanan. tiba-tiba seorang wanita datang ke arahku lalu menabrakku dan menumpahkan minumannya di kemejaku. Bukan masalah harga kemeja yang mahal, Cuma kan kemejaku jadi kotor. Udah gitu aku ga bawa baju ganti juga. Sentak aku ingin marah. rasa kesal sudah menjalar ingin dikeluarkan. Ketika ingin membentak, kata maaf sudah lebih dulu terdengar.
“eh maaf ya mas maaf aku ga sengaja” wanita itu berkata padaku
Rasa kesal tadi pun terasa berkurang sedikit demi sedikit lalu berangsur hilang. Entah mengapa suaranya sangat lembut, membukam kesesalanku yang sudah mau meledak. Aku menoleh ke arahnya. Astaga, ternyata wajahnya benar-benar cantik. Pancaran cahayanya seperti bidadari tak bersayap. Kehadirannya bagaikan hujan yang bisa menghapus semua kenanganku.
“maaf ya maaf aku bener-bener ga sengaja”
“iya gapapa kok”
“sekali lagi maaf ya” kemudian dia menjulurkan tanggannya. “oiya kenalin nama aku Junianatha, panggil aja Juni”


cerpen ini pernah dilombakan di salah satu penerbit yang mengadakan. temanya lumpuhkan ingatanku. dan alhamdulillah cerpen ini...ga menang alias gagal
Previous
Next Post »
0 Komentar