Di Bangku Panjang

Source: Image
di bangku panjang, kau duduk
barangkali mencoba mengartikan
pantulan bintang-gemintang di atas danau
yang pendarnya adalah; matamu sendiri.

di bangku panjang, aku duduk
menyidai angan di langit-langit,
pada bulan purnama tempo lalu
(saat ini mungkin hanya itu yang kau cari, pasti)
Tentunya kita masih bersebelahan.
kini kian dekat
namun tak lebih dekat dari, spasi kata pada puisi ini.

diantara kita, sunyi duduk
berusaha membunuh kata:
atau malah kita.
kadang ia juga menyulih rindu menjadi amarah.
lantas dibuatnya riak gemericik air, suaru burung hantu,
dan embusan napas
bersatu menjelma eufoni.

dua tangan melengkapi celah jari,
perlahan meluluhkan sunyi
mengalihkan jadi bentuk percakapan --
percakapan tanpa suara;
tanpa kata-kata.

lalu kau buka kembali Sapardi yang kau bawa
membalikkan halaman yang kau suka
tanganmu terhenti di kertas,
yang menyimpan bulu mata
ternyata itu sajak yang dipilih
dan dicinta.

membisikkan kemudian di telingaku
“yang fana adalah waktu, kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa…”

sunyi sudah pergi entah kemana
dan aku,
berharap malam itu akan menjadi panjang

Suatu Hari Nanti, Kita Bersemuka Lebih Dekat

Suatu Hari Nanti, Kita Bersemuka Lebih Dekat

/1/
cinta adalah hujan
dikala malam saat tertidur.
jatuh menghempas tanah,
sebagian tersangkut pada ranting pohon.
ada satu yang membasuh daunmu
/2/
menjelma koloni kunang-kunang
berpendar terang pada kegelapan,
menuntun langkah,
dua pasang kaki menuju cahaya
/3/
tatapan mata yang tajam
menikam tepat di sanubari.
membuatku melafal banyak semoga.
/4/
adalah takdir yang tak terkendali
menenggelamkan ke relung jeladri
dengan harapan kau mengikuti.
jeladri asih.
/5/
mimpi dan pikiran menjadi temaram
terbayang cahaya itu tiap malam.
lampu kamar pun paham,
lalu, mengapa kau masih saja diam?
/6/
doa-doa mengepul di langit-langit kamar
tak henti mengukir namamu.
aku yang menakhlikkan!
/7/
ting – tong – ting – tong
lonceng sekolah dibunyikan
meninggalkan perasaan dan harapan.
suatu hari yang entah,
doa memberi jawaban.
mengirim utusan,
lewat waktu.
kemudian, kita bersemuka
lebih dekat dari ini.



Jemmy
Rumah Tua, 31 Januari 2015


puisi ini pernah diikutsertakan pada sayembara yang diadakan oleh Kupas Buku Club dan terpilih menjadi salah satu dari sepuluh puisi pilihan Dewan Juri. bisa ditemukan pula di website Kupasbuku

Tendangan Pembawa Bencana

Source: Image
Sejak kecil gue suka banget main sepakbola, bahkan ketika gue masih di dalam janin ibu gue, gue udah latihan adu penalti.

Kemampuan gue dalam bermain sepakbola tidak perlu ditanyakan lagi. waktu gue SMA, gue pernah ngegocek 11 pemain lawan, ampe gawang-gawangnya tuh gue gocek. Gile ga tuh?
kalo ga salah, waktu itu gue lawan anak SD yang ingusnya masih meler-meler.

salah satu bagian vital dalam bermain bola adalah tendangan. Ga mungkin dalam bermain bola lo ga melakukan tendangan. Kecuali kalo lo maen bola bekel, itu beda cerita.

Dari kecil gue ngefans banget sama Steven Gerrard dan David Beckham. Kedua pemain ini dimasa keemasannya mempunyai tendangan yang special. iya spesial, jadi tendangannya pake telor 2.
Engga, engga, bukan itu maksudnya. Maksudnya tendangan mereka itu mematikan. Ngga jarang kita bakal disajikan gol-gol dari tendangan jarak jauh. Tendangan-tendangan itu yang membuat gue cinta banget ama kedua pemain ini.

menurut gue, tendangan jarak jauh itu lebih berseni, lebih bisa memukau hati. Makanya gue sering banget melakukan tendangan jarak jauh, walaupun kadang melenceng jauh dari arah kiblat.

Kedua pemain ini yang secara tidak langsung mengajarkan gue cara menendang. Gue tontonin terus cara mereka menendang, setelah itu gue implementasikan ke lapangan.
Hingga di suatu sore gue ngerasa udah seperti Steven Gerrard.

Tempo itu gue masih kelas 1 SMP. langit sore sangat cerah. Hari yang mendukung sekali untuk main bola. Seperti biasa, sehabis sholat asar gue menuju lapangan. Lapangan yang letaknya cukup dekat, sekitar 5 langkah dari rumah, tak perlu kirim surat, sms juga tak usah~

Yak, goyang bang~

Jarak rumah gue sama lapangan emang deket banget, dengan kata lain, lapangan itu ada di depan rumah gue.
lapangan ini sangat jauh dari standar FIFA. Tanahnya itu tanah merah yang masih banyak batu-batuan kecil. Gue dan teman-teman maennya selalu nyeker, makanya kadang-kadang pas pulang membawa oleh-oleh kaki kapalan. Gawangnya adalah dari bambu yang berdiri kokoh tanpa jaring.

Setelah semua anak berkumpul, lebih kurang 10 orang, pertandingan pun dimulai.

Engga ada wasit, ngga ada pelanggaran, ngga ada peraturan, ngga ada strategi khusus untuk bermain, kami hanya bermain sesuka hati, berusaha mengejar bola dan langsung menendang bolanya ke arah gawang.

Dengan semangat bocah-bocah yang haus gol, Tidak ada yang bisa memberhentikan kami ketika bermain bola kecuali 2 hal. Pertama, yang punya bola udah mau pulang. Kedua, adzan magrib berkumandang.
Hari itu kami harus menyelesaikan permainan lebih awal. Namun, bukan disebabkan oleh kedua hal yang tadi gue sebutkan. Ada 1 hal yang cuma terjadi sekali dalam hidup gue.

Itu semua berawal ketika gue sedang menggiring bola menuju gawang. Ketika menggiring melewati sedikit setengah lapangan, gue memutuskan untuk menembak langsung ke arah gawang. 

        “Jebrettt!” suara komentator terdengar dari kejauhan.

Sayangnya bola tendangan gue berhasil dihalau oleh pemain lawan. pemain lawan ini namanya Iki. Setelah menahan tendangan gue, Iki tersungkur menjerit kesakitan, sambil memegangi kakinya. Kami pun mendekatinya. Engga ada rasa panik yang gue rasain, gue berpikir emang kejadian berbahaya apa yang bisa diderita orang yang kegebok bola.

Ternyata gue salah, Iki semakin menjerit kencang sekali, udah abis kaya dicokslem undertaker. Sepertinya ia kecengklak.

        “lo gapapa, Ki?

        “aaaaaaaaaaaaa!” Iki menjerit, lama-lama ia mulai menangis

Dia cuma bisa meringis. Gue mulai panik sekaligus bingung. Gue berusaha untuk setidaknya menghibur dia yang sedang sakit.

“sekarang anda memasuki pertanyaan terakhir, nilainya 50 juta rupiah. Jadi apa jawaban anda?”

        “aaaaaaaaaaaaa!

        “YAK BENAR! SELAMAT ANDA BERHASIL MEMBAWA PULANG UANG 50 JUTA RUPIAH!!!

Tapi sebelum batu-batu di tanah membocorkan kepala gue, gue putuskan untuk membatalkan ucapan itu.
Kakaknya Iki, yang waktu ikutan main bola juga akhirnya memilih untuk mengantar pulang ke rumah. Iki disuruh untuk berdiri pelan-pelan, ternyata dia gabisa. Karena gabisa berdiri, kakaknya menyuruhnya untuk kayang, lagi-lagi Iki gabisa. Alhasil Iki digendong menuju rumahnya.

Setelah peristiwa itu, gue dan teman-teman ngga melanjutkan permainan, malah ngobrol-ngobrol. Kira-kira 30 menit kemudian, ibunya Iki dateng ke lapangan dengan berurai air mata. Ibunya manggil gue, gue pun mendekati dengan gemetar.

gue engga dimarahin. ibunya nanyain kronologis peristiwa masih dengan air mata berceceran, gue menjelaskan. Ibunya terus ke rumah gue, menceritakannya ke ibu gue. mereka berdua menengok Iki di rumahnya, lalu memanggil tukang urut. Gue kembali ngumpul bareng temen gue.
 Sepulangnya dari rumah korban, ibu gue membawa kabar.

        “kakinya Iki ga kecengklak” kata ibu gue

        “oh bagus deh” bales gue

        “iya engga kecengklak, tapi patah!

APAH? PATAH??? Jeng jeng *zoom in zoom out*

Buset, separah itukah tendangan gue?
Gue terkejut, namun hal ini membuat gue makin pede karena merasa tendangan gue udah mirip Steven Gerrard.

Akhirnya orang tua gue menanggung semua biaya pengobatan yang jumlahnya tidak bisa dikatakan sedikit. Bukan karena sepenuhnya gue yang bersalah, lebih karena orang tua gue pengen menjaga hubungan baik sebagai tentangga.

Setelah peristiwa itu dia gapernah lagi maen bola bareng di lapangan. Gue juga ga ngobrol lagi sama dia selama bertahun-tahun. kabar yang gue terima, setelah 3 bulan ia baru bisa berjalan normal kembali.
Selain pernah matahin kaki orang, kekacauan lain yang pernah disebabkan oleh tendangan gue yaitu bikin anak bocah mimisan, dan pas smp Alhamdulillah gue pernah mecahin kaca sekolah.  

Film-Film yang Menguras Air Mata


Menurut gue, film yang bagus yaitu film yang bisa membawa penontonnya terlarut dalam cerita serta dalam waktu bersamaan film itu berhasil menaik-turunkan perasaan si penonton. 

Ngaa jarang faktor itu ditemui di film drama. Film drama adalah film yang bisa membuat kita senang, galau, bahkan sedih. mengapa? Karena ya disitulah kekuatannya, melibatkan konflik atau emosi penonton.  Banyak orang yang suka film drama karena ceritanya dekat dengan keseharian dan ga susah dimengerti.

Kalo lo belakangan ini lagi seneng, itu artinya lo lagi butuh kesedihan (ada gitu orang yang butuh sedih?). nah gue mau membagi film-film drama yang pernah gue tonton, yang berhasil membuat kesedihan mendalam ketika gue menontonnya.

Film yang menguras air mata bukan berarti harus sad ending, bisa juga cerita happy ending namun konflik di ceritanya itu sangat kuat.

Misalnya begini, ada seorang lelaki yang jatuh cinta pada seekor tapir. Namun, hubungan mereka tidak direstui oleh orang tua si lelaki dan orang tua tapir. Mereka pun harus menjalani hubungan diam-diam yang penuh rintangan. lalu saat mereka sedang nonton bioskop ibu si lelaki, melabraknya kemudian menendang kaki tapir. Disitulah konfliknya. dan pada akhirnya, walaupun terpaksa, ibu si lelaki dan ibu tapir merestui hubungan mereka. kemudian si lelaki dan tapir pun hidup bahagi dengan 1 kaki si tapir yang pincang. 
sekian.

ITU CERITA APA SIH?!!

Oke skip, gue tau itu gajelas.

Ini dia 5 film yang bisa bikin lo galau. Jangan lupa buat siapin tisu dan bahu untuk bersandar ketika menangis. Kalo lo jomblo, jangan khawatir ga ada bahu buat bersandar, masih ada bahu jalan kok yang sedia untuk tempat bersandar.

1. You are the Apple of My Eye

You are the Apple of my Eyes adalah film yang diadaptasi dari novel semi-autobiografi Giddens Ko dengan judul yang sama. Kebetulan gue udah nonton sekaligus baca the apple of my eye ini. alur cerita dan sifat karakter antara novel dan filmnya banyak yang berbeda. Menurut gue sih novelnya ga sebaik pas di film. Entah gue harus menyalahkan penerjemah buku atau emang penulisnya yang menceritakan kurang baik. Saran gue sih kalo udah nonton film mending gausah beli novelnya, karena lo gabakal dapet cerita yang lo harapkan.

Balik lagi ke filmnya, Cerita ini bermula dari seorang siswa bodoh dan pemalas bernama Ko Jin Teng yang dipindahkan tempat duduk oleh gurunya karena kenakalannya itu. si guru memindahkannya di depan Shin Jiayi yang terkenal cantik dan pandai. Ia juga meminta Shin Jiayi untuk membantu Ko Jin Teng belajar, nah karena hal ini kebersamaan mereka semakin intens dan benih-benih cinta mulai tumbuh.

Bagaimana cerita selengkapnya? Silakan cari di toko dvd bajakan terdekat.






2. I Give My First Love to You

Cinta Takuma mempunyai batas waktu. Ia mempunyai jantung yang lemah. Disaat umut 8 tahun ia tidak sengaja mendengar percakapan dokter dengan orang tuanya bahwa ia tidak akan hidup lebih dari umur 20 tahun. dihancurkan dengan kenyataan ini, dia tidak kehilangan harapan untuk hidup. Harapan ini juga tumbuh karena ada perempuan (teman Takuma dari kecil yang juga mendengar percakapan itu) yang menemani sepanjang hidupnya.

Cerita dari film jepang ini sebenarnya agak klasik dan bisa ditebak dari awal bagaimana kelanjutan keadaan Takuma yang sakit-sakitan. film ini menyajikan cerita yang haru dan menyentuh dari persahabatan masa kecil dua insan manusia yang akhirnya saat remaja menjalin hubungan.




3. The Fault in Our Stars
Film ini mencereritakan tentang Hazel Grace, seorang remaja penderita kanker tiroid stadium 4. Kemana-mana Hazel harus bawa tabung oksigen untuk membuat paru-parunya bernapas normal. Ibunya membawanya ke kelompok dukungan. Suatu kelompok tempat berkumpulnya remaja-remaja yang terkena kanker. di kelompok ini Hazel bertemu dengan Augustus, seorang lelaki yang hot, penderita osteorasma. satu kakinya sudah diamputasi dan dia berjalan dengan satu kaki palsu meski tertutup dibelakang celana jinsnya.

Film ini diadaptasi dari sebuah novel karangan John Green. Berbeda dengan The Apple of My Eye tadi, novel The Fault in Our Star sama baiknya dibanding filmnya. Bahkan novelnya menjadi salah satu novel favorit gue.

Demi apapun film ini sedih banget deh. Lebih sedih dibanding kisah Nassar-Musdalifah.





4. The book Thief

Cerita ini dimulai pada April 1938. Gadis bernama Liesel Maminger dan adiknya ingin diadopsikan oleh ibu kandungnya yang sebenarnya untuk kebaikan mereka. Oleh karena, ibunya seorang komunis, sedangkan kala itu Jerman dibawah kepemimpinan Hitler sangat memusuhi kaum komunis serta yahudi. Namun, di perjalanan adiknya meninggal.

Film ini ingin menggambarkan bagaimana warga jerman hidup di zaman kekuasaan dan peperangan di bawah kepemimpinan Hitler. Debaman bom tak terelakkan, bocah disana juga harus siap ditinggal bapaknya yang diwajibkan membela negara ke medan perang.

Selain cerita The book Thief sangat menyentuh kalbu, film ini juga menginspirasi. Terutama bagi seorang yang suka membaca dan yang ingin menjadi penulis.

Buat para remaja-remaja galau, yang baru diputusin pacar aja udah ampe nangis darah, lo harus nonton film ini. kehilangan lo engga seberapa dibandingkan kehilangan yang harus dialami Liesel Malminger.





5. Miracle in cell no.7


Inilah film yang membuat predikat gue sebagai lelaki-sejati- yang-selalu-tegar-dan-sayang-mama harus tercoreng. Ya, film ini sukses bikin setiap orang yang menontonnya berkaca-kaca bahkan hingga menitikkan air mata. Kalau aja seluruh warga Jakarta mengadakan nonton bareng film ini, gue yakin sekarang Jakarta udah tenggelam oleh lautan air mata.

Miracle in Cell no.7 adalah film asal korea yang dimana korea itu terkenal dengan film drama-drama unyunya itu. tapi film ini tidak menceritakan tentang cerita begitu.

Fim ini menceritakan tentang seorang gadis kecil bernama ye seung yang mempunyai ayah yang mempunyai kelainan mental. Ayahnya ini dituduh telah membunuh sehingga harus dipenjara. ye seung tentu sedih sekali karena hanya ayahnya satu-satunya orang tua yang merawatnya, ibunya gatau dah kemana. Lalu, dengan bantuan teman-teman penjaranya, gadis kecil ini bisa dibawa masuk kedalam penjara tanpa sepengengatahuan polisi. dan nanti pada akhirnya….

Hiks gue udah gakuat lagi untuk bercerita, sedih banget. *ngelap air mata*

udah mending lo tonton sendiri aja. Miracle in Cell no.7 ini pokoknya sangat wajib ditonton banget sekali deh. (apaansi ribet banget bahasanya)







nah itu lah film yang menurut gue bisa bikin galau sambil nyilet-nyilet lidah. sebenarnya ada lagi film-film yang pernah gue tonton dan bikin sedih, kaya misalnya, Hachiko sama Pursuit of Happiness. cuma udah pernah sedikit gue tulis disini

kalo lo sendiri, ada ngga film yang membuat lo sedih?